
Taman Safari Indonesia Group secara serius mengimplementasikan berbagai strategi komprehensif untuk menjaga keberlanjutan satwa, menempatkan diri sebagai benteng terakhir dalam upaya konservasi. Sebagai lembaga konservasi ex situ terbesar di Asia Tenggara, Taman Safari Indonesia, khususnya di Cisarua Bogor, berfokus pada tiga pilar utama: konservasi, edukasi, dan rekreasi.
Salah satu inovasi krusial dalam pilar konservasi adalah pembentukan bank sperma untuk beberapa satwa dilindungi, termasuk Harimau Sumatera. Inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan variasi genetik yang memadai dan menjaga keberlangsungan spesies langka di masa mendatang, memastikan bahwa ketika satwa terancam punah, ada bank genetik yang siap untuk mengembangbiakkan dan bahkan melepasliarkannya kembali ke alam.
Direktur Utama Taman Safari Indonesia Group, Aswin Sumampau, menegaskan komitmen pihaknya terhadap program konservasi keanekaragaman hayati. Selain bank sperma, berbagai fasilitas penangkaran satwa juga tersedia untuk tujuan konservasi, pendidikan, dan rehabilitasi, mencakup burung, Harimau Sumatera, dan Owa Jawa. Upaya konservasi tidak hanya berhenti pada penangkaran, tetapi juga mencakup program reintroduksi, seperti yang dilakukan pada empat ekor banteng Jawa di Cagar Alam Pananjung Pangandaran melalui kolaborasi strategis dengan Kementerian Kehutanan dan BKSDA Jawa Barat.
Taman Safari juga menunjukkan keseriusan dalam pelestarian spesies ikonik lainnya, seperti upaya inseminasi buatan pada sepasang panda raksasa Cai Tao dan Hu Chun yang dilakukan pada Agustus 2025. Prosedur monumental ini merupakan langkah penting dalam mewujudkan kelahiran bayi panda pertama di Indonesia, didukung oleh kolaborasi internasional dan pemantauan hormon secara real-time. Konservasi juga menyasar kucing emas, kodok merah sebagai bioindikator, dan macan tutul Jawa.
Untuk mendukung program-program tersebut, Taman Safari Indonesia tengah mengembangkan Rumah Sakit Satwa baru. Dengan luas lebih dari lima hektar dan investasi mencapai Rp50 miliar, fasilitas ini diharapkan rampung pada akhir tahun 2025 dan akan menjadi layanan kesehatan satwa terlengkap di Asia Tenggara, mencakup ruangan untuk satwa besar, laboratorium biobank, ruang operasi steril, dan laboratorium bioteknologi.
Aspek edukasi juga menjadi fokus penting. Melalui program edukasi interaktif, termasuk kerja sama dengan sekolah dan pertunjukan "Cowboy Show" yang telah berlangsung lebih dari 20 tahun, Taman Safari berupaya menanamkan rasa cinta dan kepedulian terhadap satwa serta alam sejak dini. Manajer Edukasi Taman Safari Bogor, Rina Rajagukguk, menyatakan bahwa program seperti Action Indonesia Day 2025, yang didukung Taman Safari Bogor, dikemas dengan cara yang menyentuh hati agar pesan konservasi mudah dipahami masyarakat. Selain itu, kompetisi fotografi dan video satwa internasional (IAPVC) juga diadakan setiap tahun untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian satwa.
Komitmen terhadap keberlanjutan juga diwujudkan melalui program Integrated Waste Management (IWM) di Cisarua Bogor. Taman Safari mengolah 20-25 ton sampah per hari, mengubah sampah organik dan kotoran satwa menjadi pupuk organik, pakan maggot, dan kertas daur ulang. Melalui berbagai strategi konservasi, edukasi, dan fasilitas pendukung yang modern, Taman Safari Indonesia berupaya keras untuk memastikan kelestarian satwa liar dan menumbuhkan kesadaran publik akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.