
Bangunan makam kuno berarsitektur Eropa yang mencolok di Jalan Raya Cigugur-Palutungan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, telah lama menarik perhatian dan menyimpan misteri. Dikenal dengan sebutan Makam Van Beck, situs ini diduga kuat merupakan makam seorang meneer Belanda bernama Hendrik Albertus Van Beek. Makam ini berdiri megah dengan arsitektur unik yang menjadikannya cagar budaya dan dilestarikan oleh pemerintah setempat.
Menurut informasi dari Dosen Sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon, Tendi, Hendrik Albertus Van Beek adalah seorang supervisor di Departemen Pekerjaan Umum yang pernah ditempatkan di Kuningan. Van Beek disebut pernah menikah di Bandung sekitar tahun 1907. Bangunan makam ini sendiri diketahui dibangun pada tahun 1912. Secara keseluruhan, bentuknya melingkar yang membujur utara-selatan, dengan pintu di sisi utara. Arsitektur khas Eropa-nya yang berbeda dari makam pada umumnya menarik minat masyarakat untuk berkunjung.
Lokasi Makam Van Beck sangat strategis, berada tepat di pinggir jalan raya, di sebelah timur Markas Koramil 1515 Cigugur, dan berhadapan dengan sebuah gereja. Meskipun telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya, sejarah detail mengenai jejak Van Beek di Indonesia tidak banyak tercatat. Juru pemeliharaan situs, Iim Wakim, mengatakan bahwa lokasi ini dulunya memang merupakan area pemakaman yang didominasi oleh warga Belanda, terbukti dari gaya makam Van Beck yang bernuansa Eropa serta beberapa makam bergaya Eropa lainnya di sekitarnya.
Di dalam bangunan utama makam, terdapat tiga struktur yang menyerupai peti mati, dua di antaranya berdempetan dan satu berukuran lebih kecil. Beberapa sumber menyebutkan bahwa di dalamnya terdapat dua makam yang saling berdampingan, namun kondisinya sudah ada yang rusak. Konon, makam ini dibangun oleh Van Beek sebagai bentuk penghormatan bagi keluarganya, termasuk anak dan menantunya, yang jenazahnya dipindahkan ke lokasi tersebut, dengan satu tempat disiapkan khusus untuk dirinya. Inspirasi gaya makam ini disebut-sebut berasal dari makam bergaya Italia yang terbuat dari marmer, namun karena keterbatasan material, Van Beek memilih menggunakan beton. Selain makam utama, di luar bangunan juga ditemukan beberapa makam kuno warga Belanda lainnya, seperti makam Magdalena dan Lumantow, yang sebagian besar sudah mulai pudar dan dipenuhi lumut.
Meskipun menjadi daya tarik wisata sejarah, beberapa laporan menunjukkan bahwa bagian dalam makam seringkali terlihat tidak terawat, dengan beberapa tembok bangunan rusak dan kadang ditemukan sampah. Namun, situs ini tetap menjadi saksi bisu jejak kolonial Belanda di tanah air dan terus mengundang rasa penasaran wisatawan serta peneliti sejarah.