Notification

×

Iklan

Iklan

Menelusuri Warisan Kelam: Jalur Kereta 'Kematian' Kini Destinasi Sejarah Baru

2025-11-18 | 23:46 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-18T16:46:02Z
Ruang Iklan

Menelusuri Warisan Kelam: Jalur Kereta 'Kematian' Kini Destinasi Sejarah Baru

Jalur kereta api bersejarah yang dikenal sebagai 'Jalur Kereta Kematian' dihidupkan kembali sebagai destinasi wisata sejarah, menawarkan pengunjung kesempatan untuk menelusuri jejak kelam Perang Dunia II sembari menikmati keindahan alam. Jalur kereta api ini, yang juga dikenal sebagai Jalur Kereta Api Thailand-Burma, dibangun oleh Kekaisaran Jepang pada tahun 1943 untuk mendukung pasukannya dalam kampanye Burma selama Perang Dunia II. Membentang sepanjang 415 kilometer (258 mil) antara Ban Pong, Thailand, dan Thanbyuzayat, Burma (sekarang Myanmar), proyek ini dikenal dengan nama "Jalur Kereta Kematian" karena ribuan nyawa melayang selama pembangunannya.

Pembangunan jalur kereta api ini melibatkan kerja paksa sekitar 60.000 tawanan perang Sekutu dan antara 180.000 hingga 250.000 buruh sipil Asia dari berbagai negara di bawah pengawasan pasukan Jepang. Kondisi kerja yang brutal dan tidak manusiawi, ditambah dengan penyakit seperti disentri, kolera, malaria, kelaparan, dan kelelahan, menyebabkan kematian sekitar 12.000 hingga 16.000 tawanan perang Sekutu dan 90.000 hingga 100.000 buruh sipil Asia. Mereka dipaksa bekerja di medan yang sangat sulit, termasuk hutan lebat, lembah sungai, dan tebing curam, dengan peralatan yang sangat minim.

Saat ini, sekitar 128 kilometer dari jalur kereta api di wilayah Thailand masih dapat dilalui dan beroperasi sebagai atraksi wisata utama, terutama di Provinsi Kanchanaburi. Wisatawan dapat menaiki kereta api dari Kanchanaburi menuju Nam Tok, sebuah perjalanan sekitar dua jam yang menawarkan pemandangan hutan, pegunungan, dan lembah sungai yang memukau. Salah satu bagian paling terkenal dari jalur ini adalah Jembatan di Sungai Kwai, yang juga diabadikan dalam novel dan film, serta viaduk kayu Tham Krasae yang dibangun di tepi tebing curam dengan pemandangan sungai yang memukau.

Sepanjang perjalanan dan di area sekitarnya, banyak situs peringatan dan museum yang didirikan untuk mengenang para korban dan menceritakan sejarah kelam pembangunan jalur ini. Tempat-tempat ini meliputi Pemakaman Perang Kanchanaburi, yang menjadi tempat peristirahatan terakhir ribuan tawanan perang. Ada juga JEATH War Museum, yang memamerkan benda-benda dan foto-foto dari masa perang, serta Thailand-Burma Railway Centre dan Hellfire Pass Interpretive Centre dan Memorial Walking Trail. Tiket perjalanan kereta api untuk wisatawan asing umumnya seharga sekitar 100 baht.

Selain nilai sejarahnya yang mendalam, Kanchanaburi juga menawarkan berbagai daya tarik alam, termasuk Air Terjun Erawan yang terkenal dengan tujuh tingkatannya, serta berbagai restoran terapung di sepanjang sungai yang menyajikan pemandangan kontras yang memukau. Setiap bulan November, kota ini juga mengadakan Festival Jembatan Sungai Kwai, yang menampilkan pameran sejarah dan pertunjukan cahaya dan suara untuk mengenang mereka yang menderita dan gugur. Destinasi ini menjadi pengingat yang kuat akan mahalnya harga pengorbanan manusia di tengah konflik, sekaligus menawarkan keindahan alam yang menenangkan.